Kalau Manusia Adalah Komputer
Tahun 1822, Charles Babbage bertekad dan mulai mengembangkan sebuah alat yang dikenal dengan nama Difference Engine. Alat ini diperhitungkan sebagai kalkulator mekanik pertama di dunia yang mampu menghitung beberapa set angka dan mencetak hasil perhitungannya. Difference Engine adalah nenek moyang dan cikal bakal dari komputer modern saat ini.
Menurut saya, komputer adalah sebuah penemuan paling besar dan berpengaruh (selain roda dan kertas tentunya) dalam sejarah peradaban manusia. Saat ini komputer telah membantu manusia dalam menghasilkan jutaan hasil karya yang membantu kemajuan kebudayaan kita. Terutama setelah Bill Gates dengan perusahaan microsoftnya memungkinkan komputer masuk ke dalam setiap rumah, sehingga komputer semakin tidak terpisahkan dalam membantu aktivitas kehidupan sehari-hari manusia.
Komputer sekarang ini memang tidak dapat lagi dipisahkan dengan kehidupan manusia. Bahkan manusia pun dapat dianalogikan seperti komputer. Mari kita lihat elemen-elemen umum yang ada dalam komputer, lalu kita bandingkan dengan elemen yang ada pada manusia.
- Hardware. Elemen dari komputer yang terdiri dari komponen-komponen fisik yang memiliki fungsi masing-masing dalam menunjang fungsi komputer, seperti monitor, keyboard, mouse, vga card, harddisk, dsb. Hardware dapat dianalogi sebagai tubuh manusia.
- Software / aplikasi program. Elemen dari komputer yang terdiri dari sekumpulan data yang terintegrasi satu sama lain sehingga komputer mampu menjalankan fungsi operasi spesifik. Contoh software : microsoft words, adobe photoshop, iTunes, FIFA 2014, dsb. Software dalam diri manusia ini adalah sekumpulan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan, sikap dan keterampilan merupakan komposisi dasar dari hal sering disebut sebagai kompetensi.
- Prosesor. Elemen dari komputer yang termasuk bagian dari perangkat keras/hardware dalam sebuah komputer yang memegang fungsi mengelola input perintah yang didapat dari hardware dan software dengan melakukan proses dasar aritmatika dan logika, sampai akhirnya menghasilkan fungsi komputer tertentu. Contoh prosesor : Intel Core i5, AMD Phenom™ II, dsb. Pada dasarnya prosesor ini adalah otak dalam komputer kita, dan oleh karena itu prosesor mewakili otak pada manusia.
- Operating system. Biasa disingkat OS, merupakan elemen dari komputer yang merupakan sebuah sistem software yang menjadi sebuah platform bagi aplikasi program software untuk dapat berjalan. Contoh OS : microsoft windows 8, mac OS X, ubuntu, linux, dsb. Berdasarkan penjelasan, maka dalam manusia OS ini adalah psikologi manusia.
Ketika kita menggunakan komputer, baik untuk pekerjaan maupun hiburan, pada dasarnya hampir keseluruhan aktivitas kita menggunakan aplikasi program. Dalam bekerja, kita menggunakan program office (karyawan kantoran, penulis, akuntan, peneliti, wartawan), adobe photoshop (desainer grafis, fotografer), adobe premiere (editor film), dan masih banyak program untuk kerja lainnya. Saat mencari hiburan, kita menggunakan aplikasi permainan (FIFA 2014, Football Manajer — ya saya cuma tahu permainan sepakbola). Bahkan ketika youtubing ataupun buka sosial media, kita harus menggunakan browser (Google Chrome, Firefox, ie). Jadi kita sangat bergantung pada aplikasi program.
Tanpa aplikasi program, komputer tidak ada bedanya sama pajangan.
Sama halnya juga manusia, kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada kompetensi. Bergantung dengan pengetahuan yang kita miliki, seperti pengetahuan bahasa (tidak buta huruf), pengetahuan dasar matematika, pengetahuan politik, pengetahuan memasak, pengetahuan ekonomi bisnis dasar, dsb.
Kita juga bergantung pada keterampilan seperti keterampilan bermain bola, keterampilan memasak, keterampilan public speaking, keterampilan memimpin tim, keterampilan berhitung, keterampilan menulis, dsb.
Kompetensi ini yang membuat seberapa kita mampu berfungsi dan bersaing di tengah kompetisi masyarakat. Bayangkan manusia yang sangat minim pengetahuan, minim keterampilan dan memiliki sikap yang buruk, rasanya orang tersebut akan memiliki kehidupan yang sangat sulit untuk dijalani.
Maka sangat tidak mengherankan kalau kompetensi adalah satu hal yang sangat diagung-agungkan dan dijadikan prioritas utama di manapun. Dalam dunia kerja, kompetensi adalah segalanya. Recruitment didasarkan kompetensi dasar, promosi jabatan berdasarkan kompetensi, pemberian training berdasarkan kebutuhan kompetensi.
Dalam dunia pendidikan, kita tentunya mengenal yang disebut kurikulum berbasis kompetensi. Dalam rumah, seorang anak dipaksa untuk mengambil banyak les demi berpengetahuan luas dan berketerampilan banyak, dan itu adalah kompetensi. Our life is all about competencies!
Dan di sinilah letak kesalahan kita, kesalahan sistem pendidikan kita, kesalahan paradigma masyarakat kita dan kesalahan kebudayaan global manusia. Kita menaruh fokus dan prioritas pada hal yang tidak tepat!
Kembali ke analogi komputer.
Ketika kita menekankan pada kompetensi, ini sama halnya kita menganggap hal yang terpenting adalah aplikasi program. Yes, tidak bisa dipungkiri bahwa hampir semua aktivitas kita menggunakan aplikasi program, tetapi tanpa OS, semua aplikasi program tidak bisa dijalankan. Kalau saya di atas menulis “Tanpa aplikasi program, komputer tidak ada bedanya sama pajangan.”, maka tanpa OS, komputer itu tidak ada bedanya dengan bangkai rongsokan. Tidak bisa berfungsi sama sekali. Bahkan ketika komputer tersebut memiliki komponen hardware yang terbaik, prosesor terbaik, dan kita punya aplikasi program tercanggih, ketika OS komputer kena virus, semua itu tidak ada gunanya lagi.
Butuh OS yang sehat untuk performa komputer yang optimal!
Kembali ke manusia.
Ketika kita memiliki kompetensi yang luar biasa banyak dan hebat. Terhebat di antara seluruh penduduk bumi sekalipun, ditambah otak dan fisik yang luar biasa, ketika kita tidak sehat psikologis, maka semua itu tidak ada gunanya.
Kita tidak akan mampu berfungsi optimal sebagai manusia dalam pekerjaan dan kehidupan, apabila kita tidak merasa bahagia.
Pernah merasa tertekan, sedih, kesepian, merasa tidak berguna, atau tidak punya harapan, sampai-sampai kita tidak mampu mengerjakan dengan benar pekerjaan yang mudah?
Kalau pernah, kejadian tersebut adalah bukti terkuat bahwa kondisi psikologis manusia adalah hal terpenting yang perlu dijadikan fokus dan prioritas bagi kita semua.
Buat apa sekolah belajar mati-matian, ketika seorang anak merasa tertekan dan tidak dapat menikmati hidupnya? Semua pelajaran yang diberikan tidak akan ada yang dimengerti anak. Ingat-ingat waktu kita sekolah dulu (atau sekarang yang masih sekolah juga ikut membayangkan). Pernahkah teman-teman merasa tertekan dan stres (mungkin karena masalah di rumah atau hubungan teman) yang akhirnya berimbas kepada pelajaran di sekolah? Mau konsentrasi belajar menjadi sulit, apalagi memunculkan minat belajar. Kalau pernah, ini adalah bukti pentingnya perasaan bahagia demi mendukung proses belajar. Sayangnya mayoritas sekolah beranggapan bahwa kebahagiaan siswa/i itu penting, tapi bukan tanggung jawab pihak sekolah.
Buat apa perusahaan mati-matian membuang uang untuk membangun sistem rekrutmen dan pengembangan karyawan yang menakjubkan, tetapi gagal memperhatikan kesehatan psikologis dan kebahagiaan karyawannya? Hasilnya sudah pasti jelas, yaitu : angka turnover akan tinggi dan semakin meninggi setiap tahunnya. Kalau tidak percaya, silakan cek sendiri, ketika perusahaan anda turnover karyawan tinggi, pasti keluhan akan stres di antara karyawan cukup intense dan banyak.
Sudah saatnya kita mengesampingkan paradigma yang salah dan mulai memfokuskan energi dan usaha kita dalam mengembangkan hal yang paling penting dalam diri manusia, yaitu kesehatan psikologis. Ketika kita berani mengeluarkan jutaan bahkan milyaran (bagi perusahaan) untuk berinvestasi pada peningkatan aplikasi program manusia, mengapa kita ragu dan skeptis dalam berinvestasi meningkatkan OS manusia? Padahal kita tahu dengan berinvestasi pada kesehatan psikologis, maka kita akan menuai ROI (return of investment) yang berlimpah.
Mari mulai lebih peduli akan kesehatan psikologis dan kebahagiaan kita dan orang lain, jangan hanya peduli pada kompetensi semata. Karena pada akhirnya kebahagiaan kita lebih penting daripada sekedar apa yang kita tahu dan yang bisa kita lakukan.
Semua orang tahu pentingnya kebahagiaan dan ingin menjadi bahagia, tetapi yang benar-benar memfokuskan dan memprioritaskan kebahagiaan dalam hidupnya hanya segelintir. Maka tidak heran lingkungan di sekitar kita lebih dipenuhi oleh orang-orang dengan raut muka sedih, tertekan dan gelisah, dibandingkan senyum bahagia.
Saya pilih bahagia dan sehat psikologis.
Apa pilihan kamu?
0 comments:
Post a Comment